Saturday, 2 August 2025

Salam Hari Merdeka Warga

 Salam Hari Merdeka Warga

(Ogos sudah tiba)



I.

Warga,
Sudah enam puluh lebih tahun kita merdeka,
Tapi betulkah kita benar-benar bebas?
Bebaskah kita dari takut yang tidak bertuan,
dari tabik sembah kepada kuasa,
dari agama yang kita hafal tapi tidak hayati?

Warga,
Sudah tiba waktunya kita berhenti bersorak
dan mula bertanya:
Siapa kita sebenarnya dalam negara ini?
Apakah kita rakyat yang merdeka,
atau hanya penghuni tanah yang diajar untuk diam?

Kita laung demokrasi, tapi kita bisu dalam memilih.
Kita jerit kebenaran, tapi kita tunduk kepada logo dan pangkat.
Kita berhujah keadilan dan kesamarataan
tapi junjung nepotisme dan kronisme.
Kita junjung bendera,
tapi tiada daya mengangkat maruah.



II.

Warga,
masjid, gereja, kuil dan tokong menjadi panggung pengaruh,
sekolah-sekolah menjadi ladang doktrin,
politik jadi medan bermusuh paling tengik
tapi kita tetap angguk —
demi kestabilan, konon.

Iman kita…
tipis seperti manifesto pilihanraya.
Doa kita…
lebih banyak meminta kaya,
kurang memohon untuk kuat bertahan dalam iman.
Puasa kita…
hanya menunda makan tengahari,
bukan menahan diri dari tamak, menghina dan memaki, menghakimi orang,
menghujat sesama manusia,
dengan mulut yang lebih tajam dari pisau pemotong daging korban.
Kita jual agama untuk menghalalkan yang haram, mengambil bukan yang hak, mendakap yang bathil!
dan menuntut atas hujah pembohongan.

Cukai, lebih pedih dari pisau menghiris
lebih bisa dari selumbar nan tajam
lebih pantas dari kilat.
Subsidi jadi hina untuk penerima
hilangnya lebih laju dari cahaya berlalu
sedang kebajikan jadi harga untuk undi.

Perpaduan kita tetap senipis poster pilihanraya
tolak-ansur menjadi tawa-menawar pada ringgit yang mahal
budi dan pekerti menjadi tabu peribadi.
kita bergocoh pada hal yang remeh,
memperkecil urusan penting, kerana kita menjadi sempurna pada tahap paling rendah.

Kita bangga dengan laungan,
tapi kosong dalam tindakan.
Kita sedekah pada kamera,
bukan pada manusia.


III.

Warga,
Jangan lupa mereka yang di podium —
yang menyebut nama rakyat di setiap ayat,
tapi menjadikan rakyat sebagai alat,
bukan amanah.
sang orator memang pesona,
merayu dan menengking bahawa dirinya yang terpaling.

Mereka
yang menjerit hidup bangsa,
tapi menyuburkan tembolok dan dinasti.
Yang menangis di kaca TV
kerana kehilangan kuasa,
bukan kehilangan keadilan.

Yang mewarnai langit kota dengan wajah mereka,
lebih besar dari bendera negara.
Yang bercakap tentang Melayu, Islam, perpaduan,
tapi menghisap akar pohon bangsa,
menjual tanah atas nama pembangunan,
menindas atas nama kestabilan.

Warga,
Ada yang memeluk agama bukan untuk takut pada Tuhan,
tetapi untuk menakut-nakutkan rakyat.
Ya, ada yang tiada percaya apa-apa
tetapi merasakan hidup mereka suci yang sesucinya.
Para YB kita sibuk ke Parlimen
ooh, jangan ganggu mereka yang sedang membina hari depan negara,
katanya, mereka membawa suara kita,
tetapi kejar harta untuk dibolot.

Dan anehnya,
kita terus undi mereka,
dengan alasan:
"Yang lain pun sama."
Lalu kita pun…
sama.




IV.

Warga,
Merdekah kita:
aku anak Melayu, aku anak Cina, aku anak India, aku anak Iban, aku anak Kadazan.
dan tetaplah bukan anak tanah merdeka.
kerana bantal kita nan satu,
mimpi asing dan lain.

V.

Warga,
Ini tanah bukan diwarisi dari penjajah,
tapi dipinjam dari anak cucu kita.
Apa yang kita mahu tinggalkan:
sejarah yang terus diubah?
agama yang tinggal ritualnya?
politik yang hanya tahu mengubah slogan dan retorik
murni dan mulus di atas
berkeladak dan berkerak di dasar.

Dan kita,
cendekiawan sibuk membahas kulit,
seniman sibuk berlawan tema,
tokoh agama sibuk jadi penasihat parti.
politikus dilihat sibuknya yang entah apa-apa
dan sang elitis hanya terduduk dan sendawa.

Warga,
Merdekakah kita?

Atau kita sekadar rakyat nanar yang sabar,
yang sudah terbiasa
diperbodohkan dengan janji,
dihiburkan dengan perayaan,
dan ditenangkan dengan ucapan panjang berdegar,
berjanji bulan dan bintang
hingga babi pun terbang!
tapi kosong!

Warga,
Ogos sudah tiba.
Salam Hari Merdeka.
Bukan untuk dirai.
Tapi untuk direnung.

2 Ogos 2025

Salam Hari Merdeka Warga

  Salam Hari Merdeka Warga (Ogos sudah tiba) I. Warga, Sudah enam puluh lebih tahun kita merdeka, Tapi betulkah kita benar-benar bebas? ...